“Games Online” yang saat ini banyak digemari pecandu internet sangat berbahaya bagi kesehatan kalau tidak terkontrol waktu dalam mengaksesnya.
“Tidak sedikit pecandu ‘games online’ yang sakit-sakitan bahkan hingga membawa korbannya kepada kematian akibat tidak mengenal waktu dalam mengakses permainan itu,
Games online memang tidak membawa efek bahaya dalam waktu seketika, tetapi akan berbahaya kalau para penggemarnya lupa waktu. Misalnya lupa makan dan lupa istirahat, sehingga tidak terasa berjam-jam tenaga dan pikiran terkuras akibat permainan yang kurang bermanfaat itu.
“Kita mengakses internet jangan hanya berpatokan pada keinginan, karena kalau keinginan yang mengendalikan maka tunggu saja kehancuran akan datang. Melainkan kita mengakses internet karena kebutuhan dan kemampuan sendiri,” ujarnya.
Bambang menambahkan, banyak para maniak “games online” yang kecanduan atas dasar keinginan ingin menang melawan para maniak “games online” dari penjuru dunia, sehingga akan terus berpacu dalam dunia hayalan dan melupakan kesehatannya.
Data otentik dari korban maniak “games online” hingga kini memang masih belum ada, tetapi menurut pengalaman memang tidak sedikit korban akibat permainan tersebut. Internet sebenarnya merupakan sarana telekomunikasi untuk memenuhi kebutuhan akan berbagai informasi di segala bidang dan bukan untuk permainan yang menyesatkan.
Ia menjelaskan, saat ini Indonesia telah menargetkan sekitar 50 persen “melek” internet pada tahun 2015 dari asumsi penduduk sekitar 257 juta jiwa.
“Target 50 persen melek internet, maka kita harus mengejar sebesar 108,5 juta jiwa seluruh penduduk Indonesia. Asumsi itu kita dapat dari jumlah pengguna internet/tahun di Indonesia sekitar 20 juta jiwa atau rata-rata pertahun melek internet sekitar 13,5 persen,” katanya.
Komitmen melek internet bisa dilihat dengan penandatanganan deklarasi WSIS (World Summit on Information Society) di Genewa tahun 2003 dan tahun 2005 di Tunisia. Salah satu komitmen dari deklarasi, yaitu 50 persen penduduk dunia (termasuk Indonesia) tahun 2005 harus sudah memiliki akses informasi, salah satunya internet
Data tahun 2005 baru tersedia 46,89 persen telepon tersambung di antara 1.000 penduduk Indonesia. Kondisi tersebut jauh berbeda dengan negara tetangga Malaysia yang mencapai sekitar 17,87 persen dari 1.000 penduduk dan Singapura sebesar 43,15 persen dari 1.000 penduduknya.
Sementara untuk data pemanfaatan teknologi komputer di Indonesia juga masih rendah, hanya berkisar 1,36 persen dalam 100 orang penduduk. Angka tersebut juga sangat jauh apabila dibanding kedua negara tetangga, Malaysia sekitar 19,7 persen, dan Singapura 76,11 persen. ( ant )
Selasa, 18 Mei 2010
Game Online membahayakan kesehatan
Diposting oleh Adrian blog di 05.12
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar